[email protected] (021) 7823975

Petani Malang Beralih ke Pertanian Organik

Upland Project, Jakarta - Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi bagi mayoritas masyarakat Indonesia yang tinggal di dataran tinggi. Intensifnya pertanian di dataran tinggi kerap menimbulkan polemik yang disebabkan oleh tidak tepatnya pengelolaan lahan pertanian.

Polemik yang terjadi diantaranya adalah tanah longsor, erosi, tingginya curah hujan. Selain itu, kesalahan dalam pengelolaan lahan dan pemanfaatannya akan menimbulkan juga kerusakan yang bersifat multiplier effects. 

Salah satu faktor penyebab terjadinya polemik adalah aktivitas pemupukan kimia secara intensif telah memicu terjadinya penggaraman bahkan penggurunan lahan. Pemberantasan hama dengan pestisida kimia telah menimbulkan pencemaran terhadap air sampai ke daerah hilir.

Namun, kini beberapa petani menyadari akan bahaya yang ditimbulkan jika salah dalam mengelola lahan pertanian di dataran tinggi.  Salah satunya yang terjadi di daerah Kota Batu Malang. 

Mereka mulai fokus untuk mengembangkan pertanian organik. Alasan mereka beralih adalah pasar hasil pertanian organik. Menurut mereka sangat luas dan sangat menjanjikan. Selain itu bertani secara organik juga mampu menekan biaya produksi.

Dilaporkan melalui media online tentang pengakuan Bahrul Rozak Prayugi salah satu seorang petani yang beralih ke pertanian organik. Menurutnya untuk awalnya tidak langsung full organik. “Jadi lahan itu digunakan sekitar sepuluh persen saja,” kata warga Dusun Krajan, Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo ini. Pada saat awal-awal dipakai full organik pasti tanah tersebut akan ‘kaget’. Karena tanah yang awalnya mendapat nutrisi dari pupuk kimia tiba-tiba berhenti.