[email protected] (021) 7823975

Potensi Bisnis Kopi Bagi Petani Milenial

UPLAND Project, JAKARTA - Kopi merupakan salah satu komidtas unggulan, khususnya pada pertanian Dataran Tinggi di Indonesia. 

Kopi memiliki peluang yang sangat besar dikarenakan konsumsi kopi baik nasional maupun internasional terus meningkat, bahkan semakin marak bermunculan ragam produk olahan kopi yang kini diminati masyarakat. 

Kementerian Pertanian Rebublik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), berupaya mencari solusi bagi para petani atas tantangan para petani kopo yang masih banyak mengalami tantangan. Para petani Kopi dihadapkan pada berbagai tantangan seperti luas lahan, produktivitas, kualitas produksi, harga, penyakit pada tanaman kopo bahkan ditambah dengan adanya perubahan iklim. Permasalahan yang dihadapi para petani tersebut dapat berdampak signifikan terhadap pendapatan petani dan perluasan kebun kopi yang mereka miliki.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, meminta jajarannya agar secara berkelanjutan melakukan pembinaan dan mensosialisasikan pentingnya kelembagaan yang meilbatkan stakeholder terkait, demi menyiapkan petani mengahdapi berbagai tantangan tersebut.

Selain itu, pentingnya mendorong generasi muda dakam mengembangkan dan memajukan sektor perkebunan khusunya kopi dirasa penting dalam mengoptimalkan inovasi dan hasilnya produk baru yang jitu dan memiliki nilai jual di tingkat pasar local maupun international.

“Sudah saatnya regenerasi petanai, kami harapkan kita semua dapat bersinergi berkolaborasi bersama-sama memperkuat di bidang pertanian, mari kita ajak dan rangkul generasi milenial agar mau ikut menggeluti atau berwirausaha di bidang pertanian termasuk perkebunan” ujar Andi Nur.

Misalnya pada dataran tinggi daerah Sumatera Barat, saat ini telah dibentuk Asosiasi Kopi Minang, Asosiasi ini merupakan sebuah program dan kegiatan yang difokuskan pada pengembangan brand kopi khususnya di Sumbar. Asosiasi ini bertujuan agar nama kopi dari SUmbar terangkat di ranah daerah Sumbar sendiri. Meskipun sudah banyak melakukan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat, tetapi mereka masih banyak menemukan kesulitan pada pemasaran kopi asal Sumbar tersebut. Karena itu, menurut I Putu Mulya Agung Wahyudi selaku Katua Asosiasi Kopi Minang, mengatakan “Perlu diseragamkan standar proses pengolahannya agar kopi yang dihasilkan bermutu baik. Sebagai contoh sentra penghasil kopi di Solok dengan kopi Solok Radjo, yang proses pengelolaannya mulai dari menanam hingga panen dan menghasilkan biji kopo mentah, sudah memenuhi standar yang baik:, jelas I Putu.