[email protected] (021) 7823975

Upaya Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pada Sektor Pertanian

Pertanian termasuk salah satu sektor di Indonesia yang terancam dampak perubahan iklim paling serius. Dampak lanjutannya pun tidak bisa diabaikan karena akan mengancam ketahanan pangan.  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, perubahan iklim memicu peningkatan suhu di bumi dari waktu ke waktu. Akibatnya, pola cuaca dan keseimbangan alam terganggu. 

Setidaknya sejak tahun 1800-an, suhu bumi terus meningkat hingga kini. Pemanasan global yang terus berlanjut itu diiringi dengan fenomena perubahan iklim. Saat ini saja, banyak negara sudah menerima dampak serius dari munculnya gelombang panas hingga bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh perubahan iklim. 

Menurut Prof. Dr. Ir. Andi Muhammad Syakir, semua pihak harus merespon pernyataan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MBKG) yang memperkirakan pada Agustus 2023 mendatang akan mengalami puncak anomaly iklim lebih kering atau El Nino. 

Syakir mengatakan, jika tidak dilakukan mitigasi dan adaptasi, maka El Nino dapat menghambat upaya peningkatan produksi padai nasional. 

“Dengan mitigasi dan adaptasi yang tepat, pemerintah paling tidak harus mampu mempertahankan produksi nasional kerena jumlah penduduk terus meningkat,” kata Syakir. 

Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multidimensional. Dampak dari perubahan iklim itu terkait dengan aspek sumber daya, infrastruktur pertanian, sistem produksi pertanian, aspek Kesehatan dan kemandirian pangan, hingga kesejahteraan petani.

Untuk menghindari hal tersebut, maka diperlukan langkah cerdas untuk melakukan mitigasi agar dampak buruk tersebut dapat dihindari. 

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah pemantauan pola cuaca secara spasial, konservasi tanah dan air, diversifikasi tanaman, dan manajemen penyakit dan hama, serta pemanfaatan teknologi dan informasi. Selain itu, perlu adanya dukungan pemerintah dan Lembaga terkait kepada para petani di setiap daerah.