
Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Dataran Tinggi
UPLAND Project, JAKARTA - Budidaya pertanian di dataran tinggi dihadapkan pada banyak faktor yang menghambat pengelolaan pertanian. Keberhasilan Pembangunan pertanian daerah dataran tinggi juga ditentukan oleh lingkungan tempat tumbuhnya komoditas pertanian.
Salahs atu faktor yang paling mempengaruhi dalam sistem pertanian dataran tinggi adalah faktor biofisik seperti jenis tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat menjadi peluang dan/atau masalah dalam pengembangan pertanian. Hal tersebut juga sangat bergantung pada kemampuan petani dalam menggunakan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
Menurut Dariah, dalam penelitiannya berjudul “Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia”, mengatakan bahwa wilayah Indonesia sebanyak 45% berupa perbukitan dan dataran tinggi yang dicirikan oleh topofisiografi yang sangat beragam. Topofisiografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami, dan asteroid. Dalam hal ini topofisiografi wilayah dataran tinggi sebenanrya memiliki posisi strategis dalam pengembangan pertanian nasional dalam praktek budidaya pertanian di lahan dataran tinggi.
Namun, budidaya pertanian di dataran tinggi dihadapkan pada faktor pembatasan biofisik seperti lereng yang relative curam, kepekaan tanah terhadap longsor dan erosim curah hujan yang relative tinggi, dan lain-lain. Kesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan di daerah ini dapat menimbulkan kerusakan atau cekaman biologis berupa degradasi kesuburan tanah dan ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Masyarakat di lahan dataran tinggi, tetapi juga pada Masyarakat di dataran rendah.
Sedikitnya ada empat hal yang mencerminkan kondisi pertanian lahan kering dataran tinggi yaitu: 1. Usaha tani semakin tidak menguntungkan bagi petani sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya
- Menurunnya daya dukung lingkungan yang ditunjukkan oleh meningkatnya kerusakan lingkungan
- Rendahnya produktivitas lahan, meningkatnya volume hujan akibat anomaly iklim yang memicu terjadinya ledakan serangan hama penyakit tanaman sehingga mengakibatkan gagal panen
- Kerugian materi yang tidak sedikit dan hilangnya kemampuan masyarakat untuk membangun modal sosial (social capital)