
Maksimalisasi Upland Project untuk Perkembangan Pertanian Dataran Tinggi
UPLAND Project - Kurangnya Lahan pertanian di Indonesia yang memiliki kondisi ideal menjadi persoalan bagi pembangunan pertanian. Luasnya lahan dataran tinggi di Indonesia menjadi sasaran bagi pengembangan hortikultura karena dinilai mampu mengoptimalkan tanaman pangan dan perkebunan.
Melihat potensi lahan yang ada di daerah dataran tinggi, Kementrian Pertanian Republik Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah rencanakan program pengembangan komoditas untuk memanfaatkan potensi pertanian yang ada di dataran tinggi melalui kegiatan The Development of Integrated Farming System in Upland Areas (Upland Project).
Dimulai dari 2021, Program Upland berjalan lima tahun kedepan hingga tahun 2025 nanti. Kegiatan Upland terbagi menjadi empat komponen utama. Komponen pertama adalah pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, pembentukan ketahanan pertanian. Ketiga, pengembangan agribisnis. Keempat, fasilitasi peningkatan pendapatan petani dan manajemen proyek.
Seluruh pelaksanaan setiap komponen akan dilaksanakan Project Manajemen Unit (PMU) ditingkat pusat serta Project Implementasion Unit (PIU) ditingkat daerah, dengan didukung stakeholder dan tenaga ahli yang terlibat. Adapun kegiatan Upland Project ini sebagai pilot percontohan diharapkan dapat menjadi role model bagi program pertanian di kemudian hari dan diharapkan dapat direplikasi dengan menggunakan dana APBN.
Dana yang digunakan oleh program Upland merupakan dana dari pinjaman luar negeri yang berasal dari Islamic Development Bank (IsDB) dan Internasitional Fund for Agricultural Development (IFAD). Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian merupakan Pelaksana dari kegiatan Upland Project.
Daerah Gorontalo menjadi salah satu kabupaten yang memperoleh dana hibah. Komoditas yang dikembangkan Kabupaten Gorontalo adalah pisang tapi dengan luas lahan 70 hektar. Pisang gapi merupakan pisang khas dari Gorontalo. Rata-rata masyarakat di daerah ini menyukai warna daging buah orange yang rasanya enak dan beraroma harum.
Keterbatasan dari pisang tapin terletak pada pengolahannya. Namun tampa proses pengolahan Yeng bervariasi, pisang gapi dapat dinikmati oleh masyarakat dalam keadaan segar hanya dengan dikukus atau digoreng. Pisangan Gapi merupakan salah satu komunitas potensial yang diinginkan untuk di ekspor ke berbagai negara yang berada di Timu Tengah.
Karena pisang gapi memiliki potensi yang sangat luar biasa, Manager District Projeck Implementation Unit (DPIU) Upland Project, Sofyan Husin menyelenggarakan Pelatihan Business Plan, Market dan Supply Chain yang bekerjasama dengan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Kementerian Pertanian.
Kegiatan pelatihan dijalankan selama 3 hari, dimulai pada tanggal 7 hingga tanggal 9 November 2022. Peserta yang mengikuti pelatihan tersebut berjumlah 22 orang dari Desa Dulamayo Selatan Kecamatan Telaga dan Desa Toyidito Kecamatan Pulubala. Kedua desa itulah yang menjadi lokasi penanaman pisang gapi.
Kegiatan pelatihan dilakukan dengan kunjungan ke Koperasi Tani Mapan Makmur Desa Ampelgading Kabupaten Blitar, P4S Anisa Jaya Kota Blitar, P4S Sambitani Kabupaten Gresik dan Layya Kabupaten Sidoarjo.
Di tempat kunjungan peserta mempelajari manajemen kebun dan budidaya pisang, profil koperasi dan pengelolaan kelembagaan petani, perencanaan keuangan kelompok, pengolahan buah pisang menjadi produk olahan, rencana produksi dan kebutuhan tenaga kerja serta perencanaan keuangan kelompok.
Dengan belajar dari lapangan, peserta diharapkan dapat mereplikasi apa yang didapat dan diadopsi di desa masing-masing. Nantinya petani bisa membuat berbagai macam olahan pisang gapi yang berpotensi untuk diekspor pada tahun mendatang.
Perjuangan untuk menjaga ketersediaan dan kestabilan stok pangan untuk Indonesia akan terus dilakukan dengan pengembangan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Selain itu melalui pengembangan sumber pangan berbasiskan potensi dan kearifan lokal demi memenuhi kebutuhan pangan, pengembangan keragaman pangan, serta pengelolahan sumber daya air secara bijak untuk sesuai dengan semangat pembangunan berkelanjutan.
Hal ini senada dengan penyampaian Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo pada saat memperingati Hari Pahlawan. “Siapa pahlawan dalam hidup kita? Sepanjang kau berjuang untuk berjuang pada negara, bangsa dan rakyat, kau itu pahlawan. Kalau kau urusi pertanian dengan baik, beri makan 273 juta orang, kau pahlawan, oleh karena itu Petani adalah Pahlawan,” kata SYL.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa, sektor off farm atau pengolahan hasil pertanian disamping dapat meningkatkan nilai tambah, juga nilai jual sehingga pendapatan meningkat.